JAKARTA – Selain faktor geografis, sulitnya meredam inflasi di Indonesia karena hambatan pada jalur distribusi, sehingga pasokan barang tersendat, terutama bahan pangan.
Oleh karena itu, meredam inflasi tidak bisa dilakukan hanya melalui kebijakan moneter, tetapi harus dipadukan dengan kebijakan fiskal.
“Inflasi di Indonesia lebih karena faktor pasokan, terutama di kelompok bahan makanan. Ini bisa karena masalah pasokan maupun distribusi,” kata Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung di Jakarta, akhir pekan lalu.
Sampai September 2010, laju inflasi komponen inti tahun kalender adalah sebesar 3,21 persen dan 4,02 persen secara tahunan, lebih lambat dibandingkan laju inflasi umum.
Inflasi inti mencerminkan level ekspektasi dan situasi pasar yang menjadi domain kebijakan moneter. Komponen harga barang dan jasa yang diatur pemerintah (administered price) juga belum menekan inflasi.
Oleh karena itu, faktor yang mendorong infl asi lebih karena kelompok volatile food. “Sebelum mata rantai di kelompok volatile food dibenahi, maka tekanan inflasi pasti akan tinggi pada saat-saat tertentu.
Ini tidak bisa hanya dengan menggunakan pendekatan moneter seperti menaikkan suku bunga acuan,” kata pemilik kelompok usaha Para Group itu.
Jika hanya menggunakan pendekatan moneter, justru dapat berdampak negatif ke sektor riil, terutama kalau suku bunga acuan dinaikkan lalu perbankan ikut-ikutan menaikkan suku bunga. Transportasi Pendapat senada dikemukakan oleh pengamat ekonomi Universitas Indonesia Faisal Basri.
Kelompok monetaris, katanya, berpendapat inflasi merupakan fenomena moneter. Namun ternyata tidak selalu seperti itu, inflasi bukan hanya faktor moneter.
Di Indonesia, lanjut Faisal, inflasi lebih banyak disumbangkan oleh faktor transportasi, selain masalah perubahan iklim. Oleh karena itu, pembenahan yang paling utama untuk meredam laju inflasi adalah pembangunan infrastruktur.
“Secara moneter, justru pengelolaan inflasi oleh bank sentral membaik. Dulu core inflation lebih tinggi dari headline inflation, sehingga instrumen moneter dapat dikatakan mandul. Namun sekarang hampir sama,” kata Faisal.
Oleh karena itu, tambah Faisal, bank sentral belum perlu menaikkan suku bunga acuan. Seandainya inflasi di atas enam persen, mungkin saja bank akan mulai ancang-ancang me naikkan suku bunga.
Sementara itu, pengamat ekonomi Indef, Aviliani, mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur memang akan efektif dalam meredam laju inflasi. Inflasi di Indonesia selama ini sangat didominasi oleh bahan makanan.
pendapat saya: seharusnya pemerintah lebih mementingkan rakyat kecil. dan tau apabila kebutuhan akan naik maka pemerintah menydiakan stok yang lebih banyak agar kenaikan tidak terlalu tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar